Kamis, 21 Juli 2011

SUKSES PERLU PROSES....!!!

Anda mungkin pernah mendengar kata-kata berikut ini: fantastis, dahsyat,luar biasa, fenomenal, bombastis, dan seterusnya. Benar! Itulah yang diucapkan komedian Tukul Arwana bersama co-host-nya, Marcella Lumowa, di sesi akhir acara televisi Bukan Empat Mata. Kata-kata di atas seakan-akan menjadi mantra yang dianut pengikut paham pemasaran bombastis dan kontroversial.

Bagi mereka, hasil yang didapat harus bisa sekejap diraih. Bila perlu abrakadabra! Pejamkan mata sebentar, lalu jadi. Ajaib memang, sebagian orang mengklaim berhasil, tetapi harap maklum, sebagian besar lainnya gigit jari. Yang gigit jari tidak tinggal diam, mereka terus membeli––untuk menjual lagi apa-apa yang sudah mereka beli. Jadilah mereka motivator instan-instanan yang menjanjikan keberhasilan instan.


Persis seperti orang yang dulu beternak cacing atau berbisnis tanaman gelombang cinta. Semua yang ditawarkan hanyalah mimpi. Pembelinya hanya berharap keberuntungan bahwa kelak ada yang membeli dengan harga lebih besar lagi. Sampai akhir musim, gelombang cinta dan cacing ternyata hanya impian belaka. Saat terbangun, modal besar yang ditanam sudah menjadi peti mati. Berserakan.

Saya perlu mengingatkan kaum muda bahwa segala yang fantastis, fenomenal, dan bombastis bukanlah strategi pemasaran yang tepat. Sebab tak ada kesuksesan yang bisa dicapai dalam sekejap. Lagipula dunia ini mengenal banyak jenis kesuksesan. Ada temporary success dan ada longlasting success. Jadi kejutan saja belum tentu membuat Anda sukses.Jangan-jangan itu cuma temporary success belaka.

Sekali berarti, lalu mati! Meski demikian, saya merasa perlu membahas dua hal berikut ini, controversial marketing dan buzz marketing. Keduanya berbeda, tetapi sering disalahtafsirkan. Apalagi kemarin baru Anda saksikan heboh peti mati yang semula diduga cara-cara teror, ternyata hanya cara menjual buku saja.

Controversial Marketing

Tidak banyak memang orang yang berani memasuki areal ini. Kendati demikian selalu saja ada pihak yang tergoda atau terperangkap di sini. Mengapa tidak banyak? Jawabnya adalah karena controversial marketing berisiko tinggi: sukses (temporary) atau mati dan dapat bermuara pada tuntutan hukum. Kasus peluncuran buku dengan undangan berupa peti mati yang beberapa hari lalu terkirimkan oleh penulisnya kepada sejumlah media adalah contohnya.

Di dunia internasional, salah satu pihak yang getol berurusan dengan masalah hukum dengan pendekatan ini adalah Ryan Air. Bayangkan saja, tak lama setelah heboh bom yang diledakkan teroris di Kota London (2005), Ryan Air memasang iklan dengan wajah Winston Churchill yang berkata: ”Kami akan menerbangkan mereka ke pantai-pantai, ke gunung, dan membawa mereka ke Kota London.” Bagi kita, orang Indonesia yang tidak tinggal di London mungkin biasa saja membaca iklan tersebut. Saya semula mengira, pastilah negeri demokrasi seperti Inggris tak mudah marah terhadap iklan konyol-konyolan seperti itu. Tapi yang menarik perhatian saya, pada saat iklan itu beredar, The Advertising Standards Authority menerima 192 komplain terhadap iklan tersebut.

Komplain itu datang dari masyarakat yang tersinggung dan merasa Ryan Air telah bertingkah gegabah. ”Bayangkan jika Anda baru saja kehilangan orang-orang yang Anda cintai. Dan kemudian Anda membaca iklan yang menggunakan tema terorisme (penyerangan) sebagai alat untuk berjualan, apakah Anda akan impress? Ingatlah orang-orang yang menjadi korban, yang kehilangan masa depan akibat bom itu. Terlalu dini mengaitkan iklan dengan penyerangan itu,” demikian komentar seseorang pada pesan lewat internet yang dibaca luas. Tentu bukan hanya itu yang membuat Ryan Air sering bersinggungan dengan hukum. Iklan-iklannya memang bukan iklan imej yang biasa dilakukan industri, melainkan iklan-iklan kecil dengan gambar seadanya.

Terkesan murahan, tetapi ternyata banyak juga yang tergoda. Target Ryan Air memang bukanlah imej, melainkan sales dari tiket yang berharga supermurah. Maka tak mengherankan bila Ryan Air selalu tersandung kasus hukum. Sabena Air dan British Airways adalah dua perusahaan yang pernah menuntut Ryan Air. Terhadap Sabena (Belgia), Ryan Air menurunkan iklan yang bergambar Manneken Piss.

Kalau Anda pernah ke Belgia, pasti Anda pernah menyaksikan patung anak kecil bernuansa hitam yang sedang kencing. Patung itu selalu ramai dikunjungi turis, persis seperti lukisan Monalisa di museum Louvre Kota Paris. Konon saat Kota Brussels terbakar, ditemukan seorang anak yang terus bekerja seperti sedang pipis, memadamkan api. Apa yang membuat Sabena tidak terima?

Masalahnya, iklan itu dilengkapi tagline: ”Pissed off with Sabena’s high fares? Low fares have arrived in Belgium.” Dengan British Airways, tuntutan hukum terjadi saat Ryan membuat naskah iklan dengan kalimat yang kasar. ”Expensive Bastard!” Lalu Ryan Air mengklaim dirinya jauh lebih murah. Bahkan, katanya, ”Tarif Ryan Air begitu murah sehingga tentara Inggris memilih pulang ke rumah.” Iklan itu ditayangkan dengan kreatif seorang komandan tentara IRA (Martin Mc Guinness) yang berdiri di samping Gerry Adams. Komplain lain terjadi ketika Ryan mengklaim tarif British Airways lima kali lebih mahal dari Ryan, yang ternyata hanya tiga kali saja. Banyak lagi cara-cara lain yang juga mengundang tuntutan-tuntutan hukum. Toh semua sudah dikalkulasi.

Mereka kena denda, besarnya bisa diterka, lalu dibayar. Urusan selesai. RyanAir mendapatkan free publication. Penjualannya naik terus. Namun tentu bukan iklan yang membuat mereka sukses, melainkan tarifnya yang memang supermurah. Bahkan tanpa controversial adv pun, Tony Fernandes (AirAsia) meraih kesuksesan di Asia.

Buzz Marketing

Sekarang mari kita bicarakan apa hubungan antara controversial marketing dengan buzz marketing. Banyak pihak mengatakan cara-cara kontroversial dilakukan untuk mendapatkan buzz marketing. Tentu saja hal ini tidak 100% benar. Sebab buzz marketing dilakukan untuk mendapatkan positive word of mouth.

Perhatikan kata positif. Sekali lagi positif. Sebab seperti kata Peter Shenard, ”Promosi tidak boleh membuat manusia resah, melainkan harus bisa membuat kita hidup normal dan tidak terancam segala bentuk teror.” Saya ingin membahas topik ini lebih dalam lain waktu, tetapi sementara ini harus saya tutup dengan mengajak kaum muda waspada terhadap guru-guru instan yang sekarang banyak mengajarkan metode-metode bombastis.

Ingatlah, tak ada kesuksesan yang diraih tanpa kerja keras, tanpa menghargai proses. Lagipula tidak ada marketing jurus instan yang menyajikan kaya dalam semalam. Jurus-jurus yang menyajikan hal-hal itu hanyalah jurus spekulatif yang bisa menjerumuskan Anda pada ujung yang tak Anda harapkan. Waspadalah!

RHENALD KASALI
Ketua Program MM UI

Sabtu, 02 Juli 2011

Memulai Wirausaha agar Sukses













Kalau anda belum juga mulai usaha, ada baiknya anda lihat ke dalam diri anda sendiri. Ada apakah dengan diri anda?

menurut saya, seorang wirausahawan itu punya ciri atau karakter yang terangkum dalam kata ACTION.

A = ACTION
Action atau tindakan adalah karakter wirausaha. Menjadi wirausaha berarti mau mengambil inisiatif, mau melakukan ACTION, mau mengambil tindakan untuk mengambil peluang yang ada. Wirausahawan bukan sosok yang mudah berdiam diri. Mereka mengutamakan tindakan dalam kesehariannya.

C= CREATIVE
Wirausahawan itu sosok kreatif. Mereka mampu menciptakan/mengembangkan sesuatu yang mungkin sebelumnya dianggap biasa atau bahkan mustahil oleh banyak orang. Kreativitas tersebut membuatnya berhasil membuat nilai tambah dalam apapun yang digelutinya. Masalah mampu diubahnya menjadi peluang.
Mereka juga kreatif untuk menghadapi tantangan usaha yang dihadapi. Tantangan yang kian besar justru memompa semangatnya untuk lebih kreatif dalam menghadapi tantangan usaha.

T= TRUST
Wirausahawan memegang trust sebagai prinsip hidupnya. Dalam pengertian ke luar diri, trust berarti tekad untuk memegang kepercayaan konsumen. Mereka sadar, kepercayaan adalah modal utama dalam bisnis.
Ke dalam diri, trust berarti percaya pada dirinya, pada apa yang di-ACTION-kannya. Wirausahawan punya rasa percaya diri untuk melakukan ACTION.

I = INDEPENDENT
Independent atau kemandirian menjadi jiwa wirausahawan. Mereka ingin bebas, ingin mengatur hidupnya sesuai yang dia mau. Wirausaha mandiri ingin bekerja untuk dirinya sendiri. Mereka mau mewujudkan impian-impiannya lewat usaha mandirinya itu.
Kemandirian tersebut juga membuatnya sadar akan resiko yang mungkin terjadi, dan dia siap menanggungnya sebab telah memilih jalan wirausaha.

O= OPPORTUNITY
Opportunity atau kejelian melihat peluang/kesempatan adalah ciri wirausahawan. Dimana-mana dia temukan ide ide bisnis yang bisa menjadi peluang bisnis baru.
Kejeliannya melihat peluang tersebut bukan saja menghasilkan uang bagi dirinya sendiri, tapi banyak orang lainnya.

N = NO QUIT
Wirausahawan sejati tak pernah menyerah. Mereka tak pernah berhenti ACTION. Kegagalan tak pernah dianggapnya sebagai kegagalan. Setiap kali jatuh, dengan cepat mereka bangkit dan ACTION lagi. Mereka percaya kesuksesan itu pasti akan datang.
Kesuksesan itu tak datang tiba-tiba. Tapi melalui proses penuh keringat. Dan semuanya itu akan terbayar lunas saat menjadi wirausaha sukses.
Sempat beberapa waktu lalu dalam diskusi dengan Pak Imanuel Ginting dalam komentar di postingan Siapkah Menghasilkan Uang dari Internet secara Full Time? saya katakan…
“Saat melihat seseorang yang sudah sukses, pelajari juga proses jatuh bangunnya. Sebab itu akan mengasah mental entrepreneur kita.”

Mari ACTION! Jangan tunda lagi. Setiap detik yang ditunda untuk memulai sesuatu, berarti anda sendiri yang menundanya untuk lekas terwujud.Mau ACTION dan SUKSES?? silahkan anda Klik tautan ini

Salam ACTION!